Merencanakan Perjalanan – Membuat Itinerary

Saya merupakan tipe traveler yang sedikit fanatik dalam berencana. Mungkin pengaruh kebiasaan untuk merencanakan segala tetek bengek dalam pekerjaan menjadi sedikit terbawa dalam traveling. Belum lagi hobi berburu tiket murah yang bisa jadi baru berangkat setahun kemudian membuat masih banyak waktu yang tersisa untuk merencanakan perjalanan. 

Saking fanatiknya, biasanya saya mempunyai semacam itinerary hari per hari (kadang bisa lebih detail jam per jam) dan juga budget yang diperlukan. Bahkan untuk perjalanan yang hanya sekitar 1 - 2 hari pun sesempat mungkin saya membuat itinerary. Hal ini membantu saya untuk menentukan harus menabung berapa supaya cukup di perjalanan. Maklum, saya juga termasuk tipe yang susah menabung tanpa ada tujuan khusus. Jadi menabung buat saya lebih baik untuk tujuan spesifik, misalnya untuk liburan. 

Dalam membuat itinerary tentu tidak mudah, apalagi kalau hendak mengunjungi tempat yang belum pernah dikunjungi. Sebenarnya pada saat melakukan perjalanan, itinerary yang saya buat ini tidak harus saklek diikuti, sifatnya masih fleksibel. Itinerary ini hanya bersifat panduan hal-hal apa saja yang sebaiknya dilihat di tempat tujuan kalau situasi dan kondisi memungkinkan. Kalau nanti ketika perjalanan memutuskan untuk berbelok ke tempat lain juga tidak masalah, yang penting kan kita menikmati perjalanannya. 


Dengan membuat itinerary, saya “terpaksa” untuk belajar dan mencari tahu mengenai berbagai hal di tempat tujuan. Dengan begitu mata saya lebih terbuka dan menambah pengetahuan sebelum berangkat. Selain itu juga meminimalisir kemungkinan untuk tertipu atau diperdaya. Misalnya saja ketika di Bangkok, saya banyak membaca mengenai bagaimana berurusan dengan supir tuk-tuk yang sering meminta bayaran lebih atau menipu dengan mengatakan bahwa Grand Palace sudah tutup dan menawarkan untuk melihat kuil2 lain. Pada saat saya ke Bangkok, ternyata saya sempat juga bertemu dengan supir tuktuk yang galak dan memberikan  harga gak kira-kira hanya untuk jarak tak seberapa. Ada pula supir tuktuk yang saya temui tepat di samping Grand Palace berkata bahwa Grand Palace tutup dan menawarkan untuk tur melihat kuil2 yang lain. Seandainya saya tidak pernah membaca atau mencari tahu, mungkin saya akan “termakan” rayuannya karena jujur saja mencari pintu masuk Grand Palace lumayan melelahkan. Hanya ada 1 pintu masuk dan jika kita datang dari arah Wat Arun atau Wat Pho harus memutar cukup jauh.

Membuat itinerary juga menolong saya menemukan tempat-tempat lain yang belum sempat dikunjungi ketika berwisata ke daerah yang pernah didatangi sebelumnya. Misalnya saja saat ke Semarang, selama ini saya hanya sempat berputar di daerah kota tua dan mencari oleh-oleh di Pandanaran saja. Ketika iseng-iseng ditugaskan ke sana lagi, saya pun mulai mencari  tempat lain yang belum pernah saya kunjungi dengan sisa waktu yang ada. Alhasil saya pun sempat menginjakkan kaki ke Kelenteng Tay Kak Sie sambil melihat replica Kapal Cheng Ho dan menikmati lumpia khas Gang Lombok, kemudian agak malam berjalan-jalan di Pasar Semawis yang letaknya tidak terlalu jauh dan menikmati makan malam di Pondok Hijau yang sejalan menuju hotel. Lumayanlah, dengan waktu yang tak seberapa saya bisa mengunjungi beberapa tempat sekaligus.

Pernah juga gara-gara ingin mengikuti itinerary, saya menghabiskan waktu percuma karena objek wisatanya lumayan susah ditemukan. Ketika di Kuala Lumpur, target saya tentu saja Twin Tower, dan sesudah itu saya naksir mengunjungi KL Tower. Nah masalahnya adalah kita hanya punya waktu 1 hari di KL sebelum melanjutkan perjalanan ke kota lainnya. Setelah berjalan-jalan ke beberapa tempat, kami pun baru menuju ke KL Tower ini. Ternyata lokasinya agak susah ditemukan (bagi yang berjalan kaki, kalau pakai taksi beda lagi tentunya). KL Tower ini ternyata ada di tengah bukit dan  hutan lindung sementara kami berjalan menyusuri tepi luar hutan tersebut. Pantas saja tidak sampai-sampai. Untuk menuju ke KL Towernya dari pintu masuk di bawah bukit sebenarnya disediakan Free Shuttle tapi hanya muncul sekitar 30 menit sekali. Lumayan banyak waktu yang terbuang untuk mencari letak KL Tower dan juga perjalanan menuju ke atas. Akhirnya kami pun hanya sekilas lewat dan setelah itu terburu-buru pulang ke hostel dan meluncur menuju bandara.

All in one, saya tetap memilih untuk selalu membuat itinerary. Bagaimana cara saya membuatnya? Berikut adalah beberapa cara ampuh yang saya gunakan:
  1. Wikitravel. Sungguh, wikitravel ini lumayan membantu sekali. Dari mulai datang pertama kali (entah di bandara, stasiun, atau terminal) sudah tersedia cukup banyak informasi. Sayangnya wikitravel baru mencakup daerah-daerah yang cukup besar atau terkenal, belum sampai ke kota-kota kecil. Di sini juga kita bisa tahu objek wisata apa saja yang sebaiknya dikunjungi
  2. Web Browsing. Dengan bantuan Mbah Google, cukup mudah untuk menemukan berbagai macam blog traveler yang bercerita tentang pengalaman mereka mengunjungi daerah tujuan wisata kita. Kadang juga bisa menemukan cerita-cerita lucu dan juga saran himbauan yang menambah wawasan. Beberapa web yang biasanya saya gunakan (selain blog) adalah Tripadvisor, travelfish, dan Lonely Planet.
  3. Membaca buku perjalanan. Kadang buku-buku ini cukup membantu untuk menimbang-nimbang waktu dan juga moda transportasi yang bisa digunakan, termasuk saran tempat menginap dan tempat makan halal. Walau banyak buku-buku semacam ini memiliki judul Keliling xxxx dengan hanya Rp xxxx biasanya saya tidak terlalu memperdulikan si angka rupiah itu, karena budget yang ada di buku itu menurut saya kadang tidak terlalu mencerminkan kondisi traveling saya. Misalnya saja penulis biasanya traveling sendirian tentu saja akan lebih mudah dan murah menginap di hostel dormitory sedangkan saya traveling biasanya bersama suami dan memilih kamar private yang tentu lebih mahal. 
  4. Mailing List. Biasanya ketika sudah membuat itinerary, saya butuh pendapat kedua, ketiga, dan seterusnya. Atau kadang ada beberapa tempat yang informasinya kurang mencukupi. Kalau sudah begitu  biasanya saya akan mencoba bertanya ke mailing list dengan harapan ada teman-teman yang pernah ke daerah tersebut dan bisa membantu. Mailing list tempat bertanya saya biasanya adalah indobackpacker, ibackpacker, dan tamasya.
Ketika membuat itinerary, biasanya pertama-tama saya membuat tujuan per hari, jadi misalnya di hari 1 ada di mana, hari 2 ada di mana, dan seterusnya; termasuk dengan moda transportasi yang kemungkinan digunakan. Setelah selesai membuat gambaran kasar, barulah masuk ke hal-hal yang lebih mendetail, misalnya sampai ke kota tersebut jam berapa, lalu pergi kemana saja. Biasanya saya sudah mempunyai list tempat-tempat wisata yang ingin saya kunjungi, hanya tinggal menentukan waktunya saja, mana yang lebih dahulu dan lebih feasible dalam hal jarak dan waktu. 

Gara-gara terlalu teratur, pernah seorang teman bilang saya “gila” karena merencanakan sesuatu sedetail itu. Tetapi saya berprinsip mending gila terencana daripada amburadul gak karuan hehehe….
0 Responses